Saat bayi baru lahir, seluruh organ tubuh bayi masih belum berkembang secara sempurna seperti orang dewasa. Salah satu kondisi yang sering bayi baru lahir alami adalah napas yang berbunyi atau laringomalasia. Apakah kondisi ini berbahaya? Apa penyebab laringomalasia? Berikut penjelasan lengkapnya.
Mengutip dari situs resmi rumah sakit Kariadi Solo, laringomalasia adalah kelainan bawaan pada laring yang merupakan bagian dari sistem pernapasan.
Saat bayi menarik napas, bagian laring di atas pita suara menjadi lebih lembut dan menghalangi jalan napas bayi untuk sementara.
Kondisi ini membuat napas bayi berbunyi dan agak berisik, terutama saat posisi tidur bayi telentang.
Laringomalasia sering terlihat pada minggu atau bulan pertama kehidupan bayi. Biasanya kondisi ini akan membaik saat usia bayi 12 bulan dan sembuh pada usia 18-24 bulan.
Tidak perlu khawatir, ini bukan kondisi serius yang berbahaya. Meski saat baru lahir memiliki napas yang berisik, ia tetap bisa makan, minum, dan tumbuh seperti biasa.
Bila bayi ibu lahir dengan kondisi laring yang lunak, tanda dan gejalanya akan terlihat saat ia baru lahir. Gejala ini akan semakin jelas terlihat saat minggu pertama kehidupan bayi.
Mengutip dari Children Hospital of Philadelphia, ada beberapa tanda dan gejala laringomalasia pada bayi, seperti:
Terkadang, kondisi napas yang berisik bisa menjadi sangat parah sebelum nantinya membaik saat usia bayi 4-8 bulan. Masalah pernapasan ini akan ada sampai bayi berusia 18-20 bulan.
Mengutip dari American Thoracic Society, penyebab laringomalasia masih belum pasti.
Namun, kemungkinan paling besar penyebab laringomalasia adalah laring bagian atas saluran udara yang tidak kencang. Dalam istilah medis, definisi laringomalasia adalah kondisi laring yang lunak.
Laring berisi pita suara yang terbuka saat seseorang menangis, bernapas, bicara, atau makan dan minum.
Laring juga memiliki tulang rawan yang menggerakkan pita suara dan melindungi tenggorokan dari makanan yang masuk saat menelan.
Tulang rawan ini mencakup aritenoid dan katup napas. Pada laringomalasia, kondisi aritenoid lebih lembut dan lunak.
Ini membuat napas bayi berbunyi terutama saat sedang tidur posisi telentang.
Saat melihat ada kondisi yang tidak biasa pada bayi baru lahir, dokter akan memberitahu kondisi kesehatan bayi saat itu juga.
Kemudian, dokter akan merekomendasikan tes nasopharyngolaryngoscopy (NPL) untuk melihat lebih lanjut masalah pada laring bayi.
Cara pemeriksaan NPL ini dengan memasukkan kamera kecil pada lubang hidung bayi. Bentuk kameranya tali panjang seperti spageti dengan lampu pada bagian ujungnya.
Kamera ini akan masuk ke lubang hidung bayi sampai bawah tenggorokan tempat laring berada. Ini bertujuan agar dokter bisa melihat pita suara si kecil.
Selain dengan NPL, dokter akan mendiagnosis laringomalasia dengan beberapa tes, seperti:
Lima pemeriksaan tersebut untuk mendiagnosis sejauh mana masalah pernapasan pada anak ibu.
Mengutip dari Children Hospital of Philadelphia, 90 persen kasus laringomalasia bisa sembuh dengan sendirinya saat bayi usia 18-20 bulan.
Meski begitu, pada kasus yang sangat jarang, bayi membutuhkan beberapa pengobatan bahkan sampai prosedur operasi.
Biasanya dokter akan merekomendasikan obat yang membantu mengontrol refluks asam lambung (GERD).
Pemberian obat tersebut perlu karena kondisi GERD bisa memperburuk gejala laringomalasia.
Bila bayi memiliki gejala yang sangat parah, seperti berat badan bayi yang kurang, wajah membiru, atau memiliki jeda saat napas, mungkin dokter akan melakukan operasi.
Prosedur operasi ini bernama supraglottoplasty dengan menggunakan teleskop kecil untuk mengakses kotak suara bayi lewat mulut.
Operasi ini mungkin tidak akan menghilangkan suara berisik saat bayi bernapas. Namun, bisa mengurangi beberapa kondisi berikut.
Untuk lebih jelasnya, konsultasikan dengan dokter dan sesuaikan perawatan dengan kondisi si kecil.