Berita Kesehatan
Perkembangan Menjanjikan Sejumlah Calon Vaksin COVID-19
Senin, 24 Ags 2020 09:00:00

Ada ratusan calon vaksin COVID-19 yang sedang dikembangkan di berbagai negara di seluruh dunia. Mulai dari vaksin yang dikembangkan dengan cara melemahkan virus corona hingga yang dibuat dari potongan genetik virus.

Pengembangan vaksin pada umumnya membutuhkan waktu bertahun-tahun sebelum mencapai tahap pengujian pada manusia dan bisa digunakan secara massal. Tapi demi melawan COVID-19, para ilmuwan bergegas sebisa mungkin menyelesaikan pengembangan vaksin dalam waktu singkat.

Kandidat vaksin COVID-19 mana saja yang cukup potensial berhasil lolos pengujian? Kenapa banyak negara mengembangkan vaksin sendiri dengan melibatkan negara lain sebagai tempat uji klinis? Simak ulasan berikut.

Perkembangan Terakhir Calon Vaksin COVID-19 

 

1. Vaksin COVID-19 University of Oxford/Astrazeneca, Inggris

Calon vaksin COVID-19 yang dikembangakan oleh peneliti dari Universitas Oxford, Inggris, bekerja sama dengan perusahaan farmasi Astrazeneca saat ini disebut  ChAdOx1 nCoV-19 atau dikenal dengan Vaksin Oxford.

Bakal vaksin ini dibuat dari adenovirus aktif yakni virus flu yang biasa menyerang simpanse. Peneliti melemahkan virus tersebut sehingga tidak berbahaya pada tubuh manusia, lalu menambahkan kode genetika dari virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19. 

Preklinik

Penelitian pada monyet menunjukkan vaksin ini mampu memberi perlindungan dari Coronavirus. Meski calon vaksin tersebut tidak mencegah monyet terinfeksi Coronavirus namun bisa mencegahnya mengalami gejala sakit. Hasil preklinik dipublikasikan pada pertengahan Mei (13/5/2020). 

Uji Klinis Fase 1 dan 2

Uji klinis fase ini menunjukkan vaksin Oxford mampu memicu antibodi dan sel pertahanan tubuh lainnya terhadap virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.  Kandidat vaksin ini juga terbukti aman dan tidak menimbulkan efek samping serius pada peserta uji. Hasil uji klinis fase 1/2 terbit pada Juli (20/7/2020).

Uji Klinis Fase 3

Uji klinis tahap akhir sedang dilakukan di Brasil dan akan melibatkan total 5.000 peserta. Uji klinis vaksin COVID-19 Oxford juga dilakukan di Inggris, India, dan Afrika Selatan. 

Perusahaan Astrazeneca meyakini bahwa calon vaksinnya akan siap diproduksi masal paling cepat pada Oktober mendatang, tapi semua itu tergantung pada hasil klinis fase 3.

2. Vaksin COVID-19 Sinovac asal China

Bakal vaksin COVID-19 satu ini dikembangkan oleh Sinovac Biotech, perusahaan bioteknologi asal China. Pengembangan vaksin ini dibuat dari virus SARS-CoV-2 utuh yang telah nonaktif.

Uji Klinis Fase 1

Pengujian dilakukan pada 144 peserta yang terdiri dari orang dewasa dengan rentang usia 18-59 tahun. 

Uji Klinis Fase  2

Uji coba fase 2 ini melibatkan 600 peserta pada rentang usia sama dengan uji klinis fase 1. 

Hasil dari uji klinis fase 1 dan 2 dilaporkan aman dan tidak ada efek samping serius pada peserta. Hasil uji klinis fase 2 menunjukkan bahwa bakal vaksin ini mampu memicu pembentukan antibodi yang mampu menetralisir virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.

Uji Klinis Fase 3

Sinovac melakukan uji coba pada 9.000 peserta di Brasil dan 4.200 peserta di Bangladesh. Pada Agustus ini Sinovac juga bekerja sama dengan perusahaan farmasi Indonesia, Bio Farma, untuk melakukan uji coba di Bandung yang akan melibatkan 1.620 relawan.

3. Vaksin COVID-19 Moderna asal Amerika Serikat

Vaksin Moderna dikembangkan oleh perusahaan bioteknologi Moderna dan Institut Kesehatan Nasional (NNH) Amerika Serikat. Kandidat vaksin yang disebut mRNA-1273 ini dikembangkan dari mRNA atau genetik virus SARS-CoV-2 yang telah direkayasa. 

Preklinik

Berdasarkan hasil percobaan pada hewan, vaksin ini dapat melindungi monyet dari infeksi Coronavirus. 

Uji Klinis Fase 1

Uji klinis tahap 1 dilakukan Maret lalu dan disebut sebagai yang pertama melakukan uji kandidat vaksin COVID19 pada manusia.

Uji Klinis Fase 2

Uji coba tahap 2 dilakukan dengan melibatkan 600 orang peserta.

Uji Klinis Fase 3

Uji tahap akhir ini dilakukan pada 30.000 orang peserta di 89 wilayah di Amerika Serikat.

4. CanSino Biologics/Beijing Institute of Biotechnology

Perusahaan asal China CanSino Biologics bekerja sama dengan Institut Biologi di Academy of Military Medical Sciences mengembangkan vaksin COVID-19 dari Adenovirus. Berbeda dengan Oxford, bakal vaksin COVID-19 ini menggunakan jenis Adenovirus yang menginfeksi manusia.

Uji Klinis Fase 1

Uji coba tahap satu selesai dilakukan pada Mei lalu dengan hasil aman dan menjanjikan. 

Uji Klinis Fase 2

Uji coba pada manusia tahap 2 dilakukan di Wuhan dengan melibatkan 508 peserta. 

5. Vaksin COVID-19 Sinopharm 

China National Pharmaceutical Group (Sinopharm) menguji coba dua kandidat vaksin COVID-19, yakni yang dikembangkan oleh Beijing Institute of Biological Products dan yang dikembangkan oleh Wuhan Institute. 

Uji Klinis Fase 3

Uji coba pada manusia tahap akhir pada vaksin ini dilakukan di Uni Emirat Arab, kedua versi vaksin masing-masing melibatkan 5000 orang peserta.

6. Pfizer/BioNTech/Fosun Pharmaceutical

Perusahaan Jerman BioNTech menjalin kerjasama dengan Pfizer dan perusahaan farmasi Fosun. Mereka mengembangkan vaksin jenis mRNA.

Uji Klinis Fase 1 dan 2

Uji coba pada manusia tahap pertama terbukti berhasil memicu antibodi melawan SARS-CoV-2. Vaksin terbukti aman dan tidak menyebabkan efek samping serius, hanya saja beberapa peserta uji tahap ini melaporkan mengalami gangguan tidur dan nyeri lengan. 

Uji Klinis Fase 3

Uji coba tahap ini dilakukan dengan melibatkan 30.000 peserta di Amerika Serikat dan beberapa negara lain, termasuk Argentina, Brasil, dan Jerman.

Tahapan Pembuatan Vaksin yang Perlu Anda Ketahui

Pengembangan vaksin sejauh ini menjadi pilihan terbaik untuk menghentikan pandemi COVID-19 di seluruh dunia. Tetapi pembuatan vaksin bukan perkara mudah, ada tahapan-tahapan panjang yang harus dilalui. 

Setiap kandidat vaksin harus melalui pre-klinik yakni pengujian pada hewan. Pengujian pada hewan (biasanya pada tikus atau monyet) ini adalah tahap awal untuk mengetahui apakah vaksin ini bisa memicu respons imun yang kuat atau tidak. 

Setelah lolos uji pre-klinik, menurut Pusat Pengendalian Penyakit Amerika (CDC), uji klinis pada vaksin diwajibkan melalui 3 fase uji.

Pada uji klinis fase 1, ilmuwan akan memberikan vaksin pada sejumlah kecil orang untuk memastikan vaksin tersebut berhasil merangsang sistem imun. 

Memasuki fase 2, studi diperluas dan vaksin diberikan kepada orang-orang yang memiliki karakteristik seperti usia dan kesehatan fisik mirip dengan orang yang menjadi sasaran infeksi. Uji klinis pada tahap ini dilakukan untuk melihat lebih jauh keamanan calon vaksin dan kemampuannya merangsang respons imun.

Sejauh ini kandidat vaksin COVID-19 yang telah melalui tahap 2 uji klinis rata-rata melakukan uji cobanya pada kelompok usia 18-55 tahun. Jadi belum diketahui apakah bakal vaksin tersebut akan efektif pada kelompok usia di luar peserta uji, terutama orang tua yang memiliki risiko lebih tinggi jika terinfeksi COVID-19 dan kemungkinan kecil memiliki respons kekebalan yang kuat.

Dilanjutkan ke fase 3, pengujian dilakukan pada sejumlah besar orang (ribuan) dan menunggu untuk melihat jumlah peserta yang terinfeksi. 

Pengujian tahap 3 ini untuk menentukan apakah calon vaksin dapat memberi perlindungan dari infeksi COVID-19. Khusus untuk vaksin COVID-19, WHO mengatakan kandidat vaksin hanya perlu efektif melindungi setidaknya 50% orang yang divaksinasi.

Cara paling efektif dalam uji klinis tahap akhir adalah mengujinya pada sejumlah besar peserta di zona merah atau wilayah dengan angka penularan yang tinggi. Oleh karena itu, kandidat vaksin yang memasuki uji klinis tahap tiga melibatkan beberapa negara dalam proses pengujiannya.