Pesatnya perkembangan teknologi memang berdampak pada semua aspek kehidupan, termasuk dunia kesehatan. Jika semula prosedur pengobatan untuk jenis penyakit tertentu membutuhkan pembedahan, kini telah banyak metode lain yang lebih aman dilakukan. Salah satunya adalah endoskopi.Â
Metode ini bisa digunakan untuk mendeteksi masalah kesehatan di berbagai organ tubuh, termasuk telinga, hidung, maupun tenggorokan atau lebih dikenal dengan metode endoskopi THT. Awalnya, prosedur endoskopi hanya bisa dilakukan terbatas pada organ, seperti lambung maupun usus besar. Kini, selain telinga, hidung, dan tenggorokan, endoskopi THT juga melingkupi bagian bronkus, esofagus, dan laring.Â
Kondisi Medis yang Bisa Dideteksi dengan Metode Endoskopi THT
Agar diperoleh hasil diagnosis yang lebih akurat, pemeriksaan bagian telinga, hidung, dan tenggorokan melalui prosedur endoskopi THT tentunya harus dilakukan oleh petugas medis yang profesional dan ahli di bidangnya. Nah, berikut beberapa kondisi medis yang bisa diketahui melalui prosedur endoskopi THT:
Pemeriksaan melalui prosedur endoskopi THT sebenarnya tidak hanya dilakukan untuk mengetahui bagaimana kondisi di dalam organ, tetapi juga untuk mendapatkan hasil diagnosis yang lebih akurat dan terapi. Melalui alat yang disebut dengan endoskop, dokter bisa mengetahui gambaran pada organ dalam lebih jelas.Â
Apabila kamu merasakan adanya salah satu indikasi medis pada bagian telinga, hidung, maupun tenggorokan, diskusikan pada dokter, apakah kamu membutuhkan pemeriksaan lanjutan dengan endoskopi THT atau tidak.
Bagaimana Hasilnya?
Metode pemeriksaan dengan endoskopi THT akan membantu dokter mendapatkan gambaran pada bagian telinga, hidung, dan tenggorokan lebih akurat dibandingkan dengan pemeriksaan luar. Nantinya, dokter pun bisa menentukan metode pengobatan yang tepat untuk tindakan lanjutan. Melalui prosedur ini pun, dokter dapat mengetahui apakah suatu tumor bersifat jinak atau ganas.
Jangan khawatir, endoskopi THT termasuk prosedur medis yang aman. Meski begitu, setiap tindakan medis tetap memiliki risiko. Pada prosedur ini, risiko yang mungkin terjadi, seperti perdarahan, pusing, nyeri, dan pingsan setelah pemeriksaan sebagai risiko yang paling buruk. Namun, hal-hal tersebut jarang terjadi dan umumnya dokter juga telah memiliki cara untuk mengurangi dampak negatif pemeriksaan ini.Â