Pemeriksaan Spirometri merupakan pemeriksaan standar yang dilakukan oleh ahli medis atau dokter untuk mendiagnosis dan memantau fungsi paru-paru seseorang. Tes ini bekerja dengan mengukur aliran udara masuk dan keluar dari paru-paru seseorang.
Pemeriksaan spirometri ini akan memanfaatkan sebuah perangkat yang disebut spirometer, yakni mesin kecil yang dipasang dengan kabel ke mulut. Alat ini akan mencatat jumlah udara yang masuk dan keluar, serta kecepatan napas seseorang.
Pemeriksaan spirometri digunakan untuk mendiagnosis kondisi-kondisi, seperti:
Jika kamu telah didiagnosis dengan salah satu dari kondisi ini, spirometri dapat dilakukan untuk memeriksa tingkat keparahan kondisi atau melihat bagaimana tubuh kamu merespons pengobatan.
Spirometri juga merupakan tes standar untuk orang yang sedang dipertimbangkan untuk melakukan operasi, atau untuk memeriksa kesehatan umum orang yang memiliki kondisi lain, seperti rheumatoid arthritis.
Pemeriksaan ini dilakukan apabila seseorang merasa kesulitan bernapas yang mungkin saja disebabkan oleh gangguan pada paru-paru.
Sebelum melakukan pemeriksaan spirometri, seseorang harus melakukan beberapa hal sebagai bentuk persiapan, yaitu:
Tes spirometri biasanya memakan waktu sekitar 15 menit dan umumnya dilakukan di ruangan kerja dokter. Dalam beberapa kasus ketika tes yang lebih mendalam diperlukan, itu mungkin dilakukan di laboratorium pernapasan. Inilah yang terjadi selama prosedur spirometri:
Tes ini akan diulangi setidaknya tiga kali untuk memastikan bahwa hasilnya konsisten. Terutama jika ada banyak variasi di antara hasil tes yang dilakukan. Nantinya dokter akan mengambil nilai tertinggi dari tiga pembacaan tes dekat dan menggunakannya sebagai hasil akhir.
Jika pasien memiliki bukti gangguan pernapasan, dokter mungkin akan meresepkan penggunaan obat inhalasi yang dikenal sebagai bronkodilator untuk membuka paru-paru mereka setelah putaran pertama tes.
Kemudian, dokter akan meminta pasien untuk menunggu 15 menit sebelum melakukan serangkaian pengukuran lainnya. Setelah itu, dokter akan membandingkan hasil kedua pengukuran untuk melihat apakah bronkodilator membantu meningkatkan aliran udara.
Ketika digunakan untuk memantau gangguan pernapasan, tes spirometri biasanya dilakukan setiap 1 atau 2 tahun sekali untuk memantau perubahan pernapasan pada orang dengan PPOK, atau asma yang terkontrol dengan baik.
Mereka yang memiliki masalah pernapasan yang lebih parah atau komplikasi pernapasan yang tidak dikelola dengan baik, disarankan untuk melakukan tes spirometri lebih sering.
Beberapa efek samping dapat terjadi selama atau setelah tes spirometri dilakukan seperti:
Pemeriksaan spirometri dapat dilakukan di mana saja, baik itu di rumah sakit atau laboratorium yang menyediakan perlengkapan yang memadai untuk melakukan tes.