Berita Kesehatan
Kasus Covid Meledak, DKI Mengkhawatirkan
Selasa, 28 Jun 2022 14:05:15

Jakarta, CNBC Indonesia - Penyebaran kasus Covid-19 di Indonesia masih meningkat tajam. Tambahan kasus Covid-19 dalam sepekan terakhir meningkat 63,1%.

Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), tambahan kasus Covid-19 selama sepekan terakhir (20-26 Juni) mencapai 12.376, naik 63,1% dibandingkan pekan lalu (19-13 Juni 2022) yang tercatat 7.587. Jumlah kasus di atas 10.000 dalam reng satu minggu pada pekan lalu adalah yang pertama kali terjadi sejak pekan pertama Mei 2022 (12.726).

Pada Jumat (24/6/2022), kasus Covid-19 di Indonesia bahkan menembus 2.069. Padahal, kasus harian tidak pernah menembus angka 2.000 sejak 7 April 2022 atau 2,5 bulan lebih. Kasus sedikit melandai pada Sabtu dan Minggu lalu yang tercatat 1.831 dan 1.726.

 

Data BNPB juga menunjukkan tren kenaikan kasus Covid-19 sudah berlangsung selama lima pekan terakhir akibat varian BA.4, BA.5. Kenaikan kasus bahkan terus menunjukan angka yang signifikan. Pada tiga pekan lalu, kasus Covid naik 54,6%, dua pekan lalu melonjak 105,74,6% sementara pekan lalu 63,1%.


Provinsi DKI Jakarta masih menjadi penyumbang terbesar kasus Covid-19 dalam sepekan terakhir diikuti dengan Jawa Barat dan Banten.

Dalam sepekan terakhir, tambahan kasus Covid di Jakarta mencapai 7.304 atau naik 64,3% dibandingkan pekan sebelumnya. Positivity rate di Jakarta bahkan dua kali lipat lebih tinggi dari standar aman WHO. Sejak 22 Juni atau dala lima hari terakhir, ibu kota RI juga terus melaporkan kasus baru di atas 1.000 kasus.

Sementara itu, kasus di Jawa Barat melonjak 70,1% menjadi 1.186. Lonjakan terbesar juga terjadi di Provinsi Banten. Dalam sepekan, provinsi tersebut melaporkan tambahan kasus sebanyak 1.527, melesat 73,7% dibandingkan pekan lalu.

Kasus Covid di Banten juga terus meningkat drastis dari 437 pada tiga pekan lalu menjadi 879 pada dua pekan lalu dan pekan lalu di atas 1.000.

Kenaikan drastis juga dicatatkan Jawa Timur dan Jawa Tengah. Kasus di provinsi Jawa Timur bertambah 582 atau melonjak 40,9% sementara di Jawa Tengah bertambah 203 atau meningkat 73,5%.

Lonjakan juga terjadi pada angka positivity rate. Sepekan terakhir, rata-rata positivity rate mencapai 3,52%. Level tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan pada pekan sebelumnya yang tercatat 2,29% atau dua pekan sebelumnya yang masih tercatat di bawah 1% (0,99%).

Pada Jumat dan Minggu lalu, positivity rate bahkan selalu berada di atas 4% yakni 4,12% dan 4,44%. Artinya, positivity rate Indonesia sudah mendekati standar aman yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) yakni 5%. Positivity rate di Jakarta bahkan sudah mencapai 11,7% dalam sepekan terakhir.

Kasus aktif juga melonjak menjadi 14.516 per kemarin. Padahal, kasus aktif per 19 Juni lalu baru mencapai 8.594 dan per 12 Juni masih tercatat 4.734. Sebulan lalu atau per 26 Mei, kasus aktif bahkan hanya mencapai 3.011.

Namun, kasus kematian pada sepekan terakhir menurun menjadi 30 jiwa dari 44 jiwa pada pekan sebelumnya.

Perlukah Rem Darurat?

Dicky Budiman, epidemiolog dan peneliti Indonesia dari Universitas Griffith, Australia, meskipun kasus Covid-19 di Indonesia melonjak tajam, akan sulit bagi pemerintah menarik rem darurat.

Pasalnya, kebijakan tersebut akan memakan ongkos ekonomi dan sosial yang sangat besar. Indonesia juga sudah memiliki modal imunitas.

"Yang namanya rem darurat tidak menjadi pilihan yang populer atau ideal dalam konteks saat ini. Pasalnya, kita sudah ada imunitas. Kita juga sudah mengalami tiga tahun pandemi dengan beban besar di luar sektor kesehatan. Rem darurat bisa menjadi kontradiktif," tutur Dicky, kepada CNBC Indonesia.

Dia mengingatkan kemampuan pemerintah juga sudah terbatas dalam menerapkan pengetatan yang sangat frontal. Masyarakat Indonesia pun akan kesulitan karena kebijakan selama ini sudah longgar.

Sebagai catatan, terakhir kali kebijakan rem darurat diberlakukan adalah pada 3 Juli 2021 saat terjadi gelombang II akibat varian Delta.
Mulai 22 Juli 2022, Indonesia kemudian menggunakan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) secara bertingkat sesuai perkembangan kasus. Level PPKM tertinggi atau PPKM Level 4 terakhir kali diberlakukan di Jakarta pada akhir Agustus 2021.

 "Kita bukan negara yang menganut kebijakan zero case sehingga rem darurat tidak jadi pilihan. Zero case itu tidak visible. Namun, bukan berarti kemudian tidak perlu pembatasan. Pembatasan bukan berarti aktivitasnya ditiadakan tapi diperketat," imbuhnya.

China merupakan satu-satunya negara di dunia yang masih menganut zero case policy. Dicky mencontohkan pengetatan kebijakan misalnya keharusan menyerahkan hasil tes Covid-19 untuk kegiatan tertentu serta memakai masker.

"Karakter virus ini menuju epidemi jadi akan bersiklus. Mungkin nanti 1-2 setahun tapi kalau sekarang mungkin setahun tiga kali," ujarnya.


Dia mengingatkan program vaksinasi harus terus dijalankan terutama untuk kelompok yang rentan. Terlebih, pencapaian vaksinasi booster di Indonesia masih rendah. Hingga kemarin, vaksinasi booster baru diberikan kepada 50 juta orang atau 24% dari target.