Berita Kesehatan
Benarkah Virus Flu Biasa Mampu Lindungi dari COVID-19?
Senin, 05 Apr 2021 11:48:20

Sejumlah gejala covid memang mirip flu, misalnya demam, batuk pilek, dan nyeri pegal di sekujur tubuh. Tapi, keduanya merupakan penyakit berbeda.

Virus yang menginfeksi pun tidak sama. Gejala lain dari infeksi virus SARS-CoV-2 lebih variatif, bahkan dampaknya fatal.

Karena itu, sebaiknya Anda tidak meremehkan penyakit penyebab pandemi ini sebagai “flu biasa”.

Di sisi lain, Ada studi terbaru yang meneliti hubungan antara covid dan penyakit flu biasa. Disinyalir, virus penyebab flu bisa membuat Anda terhindar dari infeksi virus corona.

Hal itu tentunya mulai mengundang perhatian karena dianggap menambah perbendaharaan cara melindungi diri.

Penelitian Terbaru tentang Virus Flu yang Bisa Mencegah Covid

Studi yang membahas hubungan kedua penyakit ini berjudul Human Rhinovirus Infection Blocks SARS-CoV-2 Replication within The Respiratory Epithelium: Implications for COVID-19 Epidemiology.

Baru saja penelitian tersebut dipublikasikan di The Journal of Infectious Disease (23/3). Para ilmuwan dari MRC-University of Glasgow Center for Virus Research (CVR), Skotlandia, meneliti rhinovirus yaitu virus penyebab flu biasa yang acap kali menyerang manusia.

Virus yang satu itu rupanya menimbulkan respons imun bawaan. Respons imun bawaan memblokir replikasi virus SARS-CoV-2 di saluran pernapasan.

Simulasi matematis oleh tim peneliti menunjukkan, interaksi virus-virus ini mungkin berdampak pada seluruh populasi.

Bahkan, ada kemungkinan peningkatan prevalensi rhinovirus dapat mengurangi jumlah kasus COVID-19 baru.

Rhinovirus itu sendiri sebenarnya merupakan virus pernapasan yang paling banyak ditemukan di tubuh manusia.

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan, interaksi antara rhinovirus dan virus pernapasan lainnya memengaruhi jenis dan tingkat keparahan infeksi pada individu. Virus akhirnya hanya berhasil menginfeksi sejumlah kecil sel di dalam tubuh.

Para ilmuwan pertama kali menginfeksi sel pernapasan dengan SARS-CoV-2 di laboratorium.

Mereka kemudian mempelajari replikasi SARS-CoV-2 di dalam sel tersebut, baik saluran pernapasan yang sudah terinfeksi dengan rhinovirus maupun tidak.

Profesor Pablo Murcia dari MRC-University of Glasgow Center for Virus Research, menjelaskan, “Penelitian kami menunjukkan, rhinovirus memicu respons imun bawaan dalam sel epitel pernapasan. Ia mampu menghalangi replikasi virus penyebab covid.”

Melansir laman resmi University of Glasgow, ia menambahkan, “Ini berarti, respons kekebalan dari virus flu ringan dapat memberi proteksi sementara terhadap SARS-CoV-2. Penularan menjadi terblokir dan tingkat keparahan gejala juga berkurang.”

Setelah itu, mereka mempelajari hal yang terjadi di tingkat molekuler selama kedua virus berinteraksi. Mereka akan menelaah lebih lanjut tentang dampaknya terhadap penularan penyakit.

“Kami akan mengembangkan pengetahuan ini untuk langkah-langkah pengendalian infeksi. Sampai saat ini, vaksinasi adalah metode perlindungan terbaik kami terhadap COVID-19," terangnya.

Apa Tanggapan Dokter tentang Penelitian Terbaru Ini?

Hasil studi di atas memang memberi angin segar terhadap pengendalian penyebaran wabah COVID-19.

Namun, dr. Devia Irine Putri mengingatkan penelitian tersebut masih baru dan in vitro (sebatas dilakukan di laboratorium).

“Hasilnya memang rhinovirus bisa memblokir pertumbuhan SARS-CoV-2. Tapi, sayangnya penelitian ini hanya menggunakan rhinovirus dengan strain A16,” jelas dr. Devia.

Ia menambahkan, “Padahal, sebenarnya virus ini strain-nya banyak alias jumlahnya bisa 100-an. Jadi, para ilmuwan perlu mengembangkan lagi hasil studi tersebut.”

Satu virus pernapasan mampu menekan virus lainnya. Meskipun kemungkinan virus flu biasa seperti rhinovirus menyebabkan respons kekebalan yang kuat, kedua infeksi tersebut tetap harus terjadi pada waktu yang sama. Bukti mekanismenya pun masih terbatas.

Ada kemungkinan juga, di musim-musim tertentu banyak virus “saling berdesakkan” untuk masuk ke saluran pernapasan manusia. Alhasil, SARS-CoV-2 seperti kalah bersaing dan tertahan.

Masih ada beberapa kemungkinan yang perlu diteliti lebih lanjut tentang hubungan virus flu biasa dan virus corona. Untuk itu, update perkembangan studi diperlukan.