Berita Kesehatan
Cegah Penyakit Emfisema dengan Hindari Polusi dan Asap Rokok
Jumat, 08 Jan 2021 12:21:12
Penyakit emfisema termasuk jenis penyakit paru obstruktif kronis yang membuat penderitanya kesulitan bernapas. Emfisema berdampak pada kantung udara di paru-paru. Idealnya, kantung ini bersifat elastis namun penyakit emfisema membuat dinding kantung udara paru-paru rusak. Akibatnya, paru-paru penderita penyakit emfisema mengalami kesulitan menjalankan fungsinya. Pertukaran oksigen dan karbon dioksida menjadi sukar dilakukan. Penyebab penyakit emfisema biasanya adalah paparan terhadap substansi berbahaya berkepanjangan.

Gejala penyakit emfisema

Dalam jangka panjang, dinding kantung udara penderita penyakit emfisema menjadi semakin lemah bahkan rusak. Jika ini terjadi, oksigen yang bisa dialirkan ke seluruh tubuh pun berkurang.Di saat bersamaan, kondisi ini membuat pertukaran udara terhambat. Karbon dioksida yang seharusnya dibuang terperangkap di paru-paru dan tidak memberi ruang untuk udara kaya oksigen masuk ke paru-paru.Ada penderita emfisema yang mengalami penyakit ini dan tidak merasakan gejala apapun. Namun, gejala-gejala yang paling awal bisa terdeteksi adalah:
  • Kesulitan bernapas terutama saat beraktivitas fisik
  • Bibir dan jari tangan berwarna kebiruan
  • Batuk berdahak
  • Bernapas dengan frekuensi nyaring
  • Dada sesak
  • Sakit kepala di pagi hari karena kekurangan oksigen
  • Tidak waspada secara mental
Penderita penyakit emfisema awalnya akan mulai menghindari aktivitas fisik karena membuat kesulitan bernapas. Jika semakin memburuk, penyakit emfisema akan membuat seseorang sulit bernapas bahkan saat sedang beristirahat sekalipun.Selain itu, penderita penyakit emfisema juga kerap mengalami infeksi pernapasan seperti flu. Jika cukup parah, penyakit emfisema bisa mengakibatkan berat badan turun, lemah otot, hingga pembengkakan di tangan, kaki, serta pergelangan kaki.Lebih jauh lagi, penderita penyakit emfisema juga kerap mengalami kesulitan tidur akibat masalah pernapasan. Dalam jangka panjang, hal ini bisa mengakibatkan cemas berlebih hingga depresi.

Penyebab penyakit emfisema

Penyebab utama penyakit emfisema adalah paparan substansi berbahaya dalam jangka panjang, seperti:
  • Asap rokok
  • Thirdhand smoke
  • Polusi udara dalam dan luar ruangan
  • Substansi kimia
  • Paparan debu produk tambang, kayu, atau katun
Itulah mengapa ada orang-orang yang faktor risiko mengalami penyakit emfisema lebih tinggi ketimbang yang lain, terutama perokok baik aktif maupun pasif. Paparan residu thirdhand smoke juga bisa menjadi faktor risiko penyakit emfisema.Sebagian besar orang yang menderita penyakit emfisema akibat rokok akan mulai merasakan gejala pada usia 40-60 tahun.

Cara diagnosis dan penanganan emfisema

Untuk mendapatkan diagnosis, dokter akan bertanya apa saja gejala yang dialami, riwayat medis, serta rangkaian tes laboratorium. Utamanya, tes bertujuan untuk melihat fungsi paru-paru sehingga dilakukan x-ray dada atau CT scan.Penanganan untuk penyakit emfisema bertujuan untuk membuat kondisi pasien lebih stabil serta mencegah komplikasi. Beberapa langkah penanganannya bisa berupa:
  • Terapi obat-obatan

Jenis pengobatan utama untuk penyakit emfisema adalah inhalasi bronkodilator untuk meredakan gejala yang muncul. Obat ini bekerja dengan membuat saluran udara di paru-paru menjadi terbuka sekaligus lebih rileks. Inhalasi bronkodilator ini meliputi obat beta-agonist dan anticholinergic yang dapat membuat otot bronkial lebih rileks.Obat ini efektif ketika digunakan untuk meningkatkan fungsi paru-paru sekaligus memaksimalkan fungsinya. Pemberian obat bergantung pada faktor individu seperti kondisi medis dan gejala yang dialami.
  • Terapi oksigen

Ketika emfisema menjadi semakin parah dan fungsi pernapasan menurun, perlu diberikan terapi oksigen. Suplemen ini membantu memberikan suplai oksigen ke paru-paru untuk dialirkan ke seluruh tubuh. Pemberiannya bisa selama 24 jam atau 12 jam di malam hari. Alat saturasi oksigen juga selalu disiagakan.
  • Operasi

Penderita penyakit emfisema parah terkadang perlu menjalani operasi untuk mengangkat jaringan paru-paru yang bermasalah agar tidak membebani tubuh. Dengan demikian, fungsi diafragma dan paru-paru akan meningkat. Selain itu, operasi lain yang bisa dilakukan adalah transplantasi namun harus disertai dengan konsumsi obat seumur hidup.