Berita Kesehatan
Halusinasi Penciuman, Apakah Sinyal Masalah Kesehatan?
Rabu, 06 Jan 2021 09:59:08
Pernah mencium aroma sesuatu meski sebenarnya tidak ada? Dalam dunia medis, halusinasi penciuman ini disebut phantosmia. Setiap orang bisa “mencium” aroma yang berbeda-beda. Terkadang ada yang mendeteksi aroma hanya di satu lubang hidung, atau juga keduanya. Aroma ini bisa terus menerus ada maupun datang dan pergi. Menurut penelitian, 1 dari tiap 15 orang berusia di atas 40 tahun bisa mengalami halusinasi penciuman. Masalah ini bisa mengganggu, namun para ahli menyebut bisa jadi phantosmia merupakan sinyal masalah kesehatan yang lebih serius.

Penyebab halusinasi penciuman

Ada beberapa jenis aroma yang paling sering tercium oleh orang yang mengalami halusinasi penciuman, seperti:
  • Asap rokok
  • Karet terbakar
  • Substansi kimia seperti amonia
  • Sesuatu yang busuk atau basi
Namun pada beberapa kasus, ada orang yang mengaku mencium aroma manis atau harum. Meskipun kondisi halusinasi penciuman ini terkesan mengkhawatirkan, namun penyebab utamanya biasanya tak berkaitan dengan masalah pada otak. Justru, lebih sering terjadi karena ada gangguan di mulut atau hidung.Pada 52-75% kondisi halusinasi penciuman, pemicunya adalah masalah pada sinus. Beberapa hal yang bisa menyebabkan seseorang mengalami halusinasi penciuman seperti:
  • Alergi
  • Infeksi sinus
  • Polip
  • Iritasi karena menghirup polusi udara
  • Masalah gigi
  • Migrain
  • Terpapar substansi beracun
  • Terapi radiasi untuk kanker
Selain beberapa penyebab di atas, ada juga kondisi yang lebih tidak umum menyebabkan halusinasi penciuman. Contohnya seperti cedera kepala, stroke, tumor otak, Parkinson’s disease, epilepsi, Alzheimer, dan neuroblastoma.Apabila phantosmia diduga berkaitan dengan masalah pada sistem saraf atau kondisi lain yang perlu penanganan medis, segera konsultasikan dengan dokter.

Mencatat pola halusinasi penciuman

Ketika mencium aroma tertentu yang sebenarnya tidak ada, sebisa mungkin catat polanya. Contohnya, hanya tercium saat terbangun di malam hari. Pencatatan pola ini dapat membantu mengidentifikasi penyebab halusinasi penciuman.Terkadang, halusinasi penciuman bukan berarti sinyal masalah medis. Ada hal-hal di sekitar yang bisa menyebabkan phantosmia, seperti:
  • Sirkulasi udara kurang baik di ruangan
  • Deterjen baru
  • Sprei baru
  • Penggunaan kosmetik atau alat mandi baru
Itulah sebabnya, ketika dokter mendiagnosis kondisi halusinasi penciuman, akan ditanyakan riwayat medis. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik terutama yang berhubungan dengan hidung, telinga, kepala, dan juga leher.Lebih jauh lagi, dokter juga akan menanyakan beberapa hal seperti:
  • Apakah tercium di satu lubang hidung atau keduanya
  • Berapa lama aroma tercium
  • Jenis aroma yang tercium
Apabila halusinasi penciuman diduga berhubungan dengan masalah pada hidung, dokter akan melakukan endoskopi untuk melihat rongga hidung lebih detil. Jika belum ditemukan pemicunya, perlu dilakukan MRI atau CT scan untuk mengidentifikasi adakah masalah saraf.Sebagian besar halusinasi penciuman akan hilang dengan sendirinya setelah masalah kesehatan yang mendasarinya terobati. Selama proses pengobatan berlangsung, dokter akan terus mencatat perkembangan dari waktu ke waktu.

Siapa rentan alami halusinasi penciuman?

Pada tahun 2011-2014 lalu, JAMA Otolaryngology-Head & Neck Surgery menggelar survei terhadap 7.400 orang. Hasilnya, halusinasi penciuman paling sering dialami oleh perempuan berusia 40-60 tahun.Menariknya, prevalensi terjadinya halusinasi penciuman terus berkurang seiring dengan bertambahnya usia seseorang. Ketika seseorang memasuki usia 60 tahun, kecenderungan munculnya halusinasi penciuman berkurang drastis.Salah satu hipotesisnya adalah kinerja sel saraf yang mendeteksi aroma semakin berkurang seiring dengan bertambahnya usia seseorang. Namun terkadang, hal berbeda terjadi pada perempuan. Meski sudah berusia di atas 60 tahun, kepekaan terhadap aroma masih cukup tinggi.Penelitian di Swedia tahun 2017 juga menemukan hasil yang sama. halusinasi penciuman lebih lazim terjadi pada perempuan, sekitar 5% dari partisipan berusia 60-90 tahun.Faktor lain seperti cedera kepala, mulut kering, penurunan kondisi kesehatan, hingga status sosial-ekonomi juga turut berperan terhadap munculnya halusinasi penciuman.Masalah halusinasi penciuman ini perlu mendapat perhatian lebih apabila sudah mengganggu kualitas kehidupan seseorang. Banyak yang cenderung menyepelekan hal ini, namun menjadi berbahaya apabila sudah mengganggu banyak aspek. Contohnya ketika berpengaruh terhadap kemampuan penciuman adanya kebakaran, kebocoran gas, atau makanan yang sudah basi. Mencatat pola halusinasi penciuman akan membantu dokter dalam mendiagnosis pemicu sekaligus mencari langkah penanganan yang tepat.