Berita Kesehatan
Gangguan Penciuman
Selasa, 27 Okt 2020 12:01:29

Gangguan penghidu sering disadari sebagai gangguan indra pengecap, ketika makanan tak lagi terasa enak, maka saat itulah seorang individu mengeluhkan gangguan ini. Gangguan penghidu juga dikeluhkan ketika seseorang tak lagi  mencium wangi-wangi yang memberikan kesan khusus dalam kehidupannya. Akan tetapi, yang paling berbahaya dari gangguan penghidu ini adalah ketika seseorang tak mampu mencium adanya zat-zat berbahaya di lingkungan.

Gangguan penciuman terbagi menjadi 5 golongan (1) anosmia: hilangnya bau (2) hiposmia: berkurangnya sensitifitas terhadap bau (3) disosmia: distorsi persepsi bau (4) phantosmia: senses merasaan bau saat rangsangan sebenarnya tidak ada (5) agnosia: ketidakmampuan untuk membedakan dan identifikasi bau secara lisan, walaupun sebenarnya kemampuan untuk membedakan bau masih dalam batas normal).

Gangguan penciuman disebabkan oleh 3 kelompok lokasi kerusakan:

  • Gangguan penghidu karena kelainan transport zat menuju reseptor penciuman, terjadi pada penderita rinitis alergi,  rinitis bakterial, sinusitis, encenphalocele¸polip, septum deviasi, infeksi virus dan pembedahan.
  • Gangguan penghidu karena rusaknya reseptor penghidu, terjadi karena obat-obatan, terapi radiasi (pada kasus tumor), paparan zat beracun, infeksi virus.
  • Gangguan penghidu karena rusaknya jaras saraf hingga ke otak, terjadi karena adanya riwayat trauma kepala, Parkinson disease, kelainan congenital (Kallmann syndrome), malnutrisi, kekurangan vitamin B12 dan Zinc, rokok, hipotiroid, Cushing syndrome, diabetes mellitus, Alzheimer disease, dll.  

Lalu jika terjadi gangguan penciuman, bagaimanakah langkah pemeriksaannya? Halaman beriku penjelasan selengkapnya.

Gangguan Penciuman

Untuk menegakan diagnosis gangguan penghidu ini diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Onset timbulnya gejala penting untuk menentukan etiologi gangguan penghidu. Namun terkadang penderita tidak mengingat dengan pasti kapaan dan bagaimana sifat dari gangguan penghidu yang dialami, karena ganguan indra perasa yang terjadi justru lebih banyak dikeluhkan.

Pemeriksaan fisik secara langsung diperlukan untuk menilai adanya kelainan bentuk yang menyebabkan adanya sumbatan hjantaran (transport), apabila ditemukan radang natau adanya ingus kehijauan dan kelainan bentuk, maka pengobatan untuk mengatasi penyebab gangguan hantaran inilah yang akan di atasi terlebugh dahulu. Hanya 1%b po[pulasi yang mengalami gangguan penghidu tanpa sebab yang jelas dibawah usia 60 tahun. Pada individu dengan usia di atas 60 tahun, gangguan penghidu  terjadi karena degenersi sel saraf (baik penghidu hingga korteks).

Beberapa pemeriksan seperti CT scan/MRi, biopsy, laboratorium mungkin diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Pengobatan yang dilakukan bergantung pada penyebab dari gangguan penghidu itu sendiri. Angka keberhasilan bergantungn pada penyebab dan keparahan gangguan yang terjadi. Â