Batuk menjadi gangguan kesehatan yang paling banyak dikonsultasikan ke dokter. Minum obat pasti menjadi solusi Anda saat gejala ini tak sembuh-sembuh. Ada banyak jenis obat over the counter (OTC), alias obat bebas, yang bisa digunakan untuk menyembuhkan batuk. Namun, tentu Anda harus memahami dengan baik jenis batuk yang dialami, apakah batuk kering atau berdahak. Mengenali jenis batuk yang Anda alami membantu Anda mendapatkan obat yang paling ampuh meredakan batuk Anda.
Batuk bisa ditangani secara mandiri dengan menggunakan obat yang dijual di apotek atau supermarket tanpa resep dokter. Sebagian besar jenis obat batuk nonresep biasanya dikemas dalam bentuk sirup dibandingkan bentuk tablet.Â
Meski mudah diperoleh, bukan berarti Anda bisa sembarang minum obat yang dijual bebas. Alih-alih cepat sembuh, gejalanya malah akan semakin parah jika salah mengonsumsi obat.Â
Umumnya, batuk berdahak disebabkan adanya dahak yang menumpuk di saluran pernapasan. Sementara, batuk kering tidak disertai dahak sehingga tenggorokan kerap terasa kering dan perih selama batuk berlangsung.
Merujuk artikel dalam Journal of Pediatric Health Care, berikut merupakan rekomendasi obat OTC apa saja yang aman dan cukup ampuh meredakan batuk.
Dekongestan adalah jenis obat untuk melegakan batuk berdahak dan hidung berair atau tersumbat karena pilek, reaksi alergi, radang selaput lendir di hidung, dan sinusitis. Dekongestan juga dapat digunakan sebagai obat batuk kering yang disebabkan alergi dan infeksi saluran napas.
Dekongestan yang biasanya digunakan untuk mengatasi batuk adalah jenis phenylephrine dan pseudoefedrin.
Obat ini bekerja dengan cara mengurangi pembengkakan pembuluh darah di hidung sehingga membantu saluran udara lebih terbuka. Dengan begitu, Anda akan cenderung lebih jarang batuk.
Dekongestan sebaiknya tak dikonsumsi oleh anak-anak di bawah umur 12 tahun. Dekongestan hanya ditujukan untuk pengobatan batuk jangka pendek, tidak lebih dari 5 hari. Obat dekongestan biasanya tersedia dalam bentuk spray, cairan, kapsul, dan sirup.Â
Jika Anda mengalami batuk kering, pastikan jenis obat yang Anda pilih berlabel supresan atau antitusif. Obat ini bekerja langsung pada otak. Supresan atau antitusif akan menghambat fungsi batang otak yang mengatur respons dan refleks batuk sehingga frekuensi batuk dapat berkurang.
Ada bermacam-macam obat antitusif, dan kebanyakan di antaranya termasuk dalam golongan opioid yang memiliki efek samping berupa rasa kantuk dan ketergantungan.
Itu sebabnya, obat ini lebih ampuh dan lebih baik jika diberikan sesuai anjuran dokter. Beberapa jenis antitusif yang banyak digunakan dalam obat batuk kering, antara lain:
Ekspektoran sangat berguna saat Anda batuk dan merasa sesak napas karena dahak atau lendir yang memenuhi paru-paru. Ekspektoran bekerja dengan cara mengencerkan dahak sehingga Anda bisa bernapas lebih lancar dan lega. Maka dari itu, ekspektoran menjadi obat batuk berdahak yang paling ampuh.Â
Guaifenesin adalah kandungan ekspektoran yang berfungsi mengencerkan dahak yang menyelimuti paru-paru tersebut. Guaifenesin ini biasanya bekerja selama 12 jam, tetapi sebaiknya ikuti aturan minum obat yang tertera di kemasan obat. Obat ini biasanya tersedia dalam bentuk sirup maupun tablet.
Berbeda dengan ekspektoran, obat batuk berdahak ini bekerja dengan mengubah sifat fisik lendir sehingga dapat memecah lendir yang menggumpal menjadi lebih encer. Kandungan aktif pada obat yang menjalankan fungsi ini adalah bromhexine dan asetilsistein. Contoh obat-obatan mukolitik adalah bromheksin, asetilsisitein, dan ambroksol.
Bila Anda mengalami reaksi alergi, tubuh akan melepaskan histamin. Pelepasan zat histamin ini bisa memicu munculnya batuk kering, mata dan hidung berair. Guna dapat menyembuhkan batuk kering akibat alergi, Anda perlu menggunakan obat dengan kandungan antihistamin yang mampu mengurangi efek pelepasan zat tersebut.Â
Ada dua jenis antihistamin yang memiliki efek samping berbeda dalam penggunaannya. Antihistamin versi lama seperti chlorphenamine (CTM), hydroxyzine, dan promethazine yang bisa menimbulkan efek kantuk. Sementara itu, antihistamin terbaru seperti loratadin, cetirizine, dan levocetirizine tidak terlalu menyebabkan kantuk.
Beberapa jenis obat antihistamin bekerja dengan cara menghambat kerja histamin pada sistem saraf pusat, tapi ada pula jenis obat antihistamin yang bekerja dengan menghambat aktivitas salah satu neurotransmiter di otak yaitu asetilkolin. Fungsi ini menimbulkan efek berupa penurunan produksi lendir dan pelebaran jalur pernapasan.
Kendati efektif mengatasi alergi, obat antihistamin nonsedatif (tidak menyebabkan kantuk) seperti loratidine mungkin kurang efektif mengatasi batuk kering.
Obat kombinasi tersusun lebih dari satu kandungan aktif. Kegunaannya bisa untuk mengatasi gejala lain, seperti demam dan rasa nyeri.
Jenis obat kombinasi bisa diminum bukan hanya saat batuk, melainkan juga pilek atau demam.
Biasanya obat kombinasi mencampur ekspektoran dan supresan dengan antihistamin, dekongestan, dan pereda nyeri. Antihistamin berfungsi untuk meredakan gatal di tenggorokan dan juga memiliki efek penenang. Sedangkan, dekongestan mampu meringankan hidung tersumbat.
Obat kombinasi yang mengandung cough suppressants sebaiknya tak digunakan untuk mengobati batuk berdahak. Jenis ini lebih tepat digunakan untuk menyembuhkan batuk kering. Jika yang Anda alami adalah batuk berdahak, sebaiknya pilihlah pengobatan kombinasi dengan ekspektoran dan dekongestan.
Cobalah untuk membaca komposisi dari obat kombinasi, apalagi bagi Anda yang juga sedang dalam pengobatan meminum obat lainnya karena dapat meningkatkan risiko overdosis. Sebagai contoh meminum obat kombinasi bersamaan dengan paracetamol sama dengan mengonsumsi dosis yang dua kali lipat besarnya.
Untuk membantu meredakan gejala, Anda juga bisa menggunakan jenis obat topikal. Obat ini digunakan dengan cara dioleskan ke tubuh atau dihirup secara langsung. Obat oles ini biasanya juga digunakan untuk meringankan gejala lain yang menyertai batuk berdahak dan kering seperti hidung tersumbat.
Kandungan obat ini biasanya adalah minyak kayu putih, kampor, dan mentol yang memberikan efek hangat yang melegakan tenggorokan, mengurangi frekuensi batuk, dan membuat napas lebih lancar. Obat ini biasanya berbentuk balsem, obat hirup, atau vaporizer.
Bagi Anda yang memiliki alergi saluran pernapasan atau asma, Anda berisiko lebih sering terkena penyakit batuk. Maka dari itu, penting untuk menyimpan persedian obat-obatan nonresep di atas sebagai penanganan pertama.
Apabila gejala batuk berdahak atau batuk kering tidak juga sembuh setelah lebih dari 2-4 minggu (batuk kronis), sebaiknya Anda segera memeriksakan diri ke dokter.
Pengobatan medis biasanya ditentukan setelah dokter berhasil mendiagnosis jenis penyakit penyebab batuk melalui serangkaian pemeriksaan. Di awal pemeriksaan, saat dokter belum dapat memastikan penyebab dari batuk yang Anda alami, biasanya dokter akan memberikan obat jenis supresan. Dari diagnosis, dokter dapat memberikan resep obat batuk yang paling ampuh.Â
Pengobatan yang diresepkan dokter akan tergantung dari penyakit penyebab batuk tersebut. Biasanya dokter akan merekomendasikan beberapa jenis obat berikut ini:
Antibiotik hanya dapat mengobati batuk akibat infeksi bakteri. Ketika Anda terus meminum antibiotik untuk mengobati batuk yang disebabkan oleh infeksi virus, pengobatan antibiotik menjadi tidak efektif.
Bahkan, minum antibiotik sembarangan dan tidak mengikuti anjuran dokter bisa membuat Anda berisiko mengalami resistansi antibiotik. Ini adalah kondisi di mana bakteri sudah kebal terhadap perlawanan dari antibiotik. Bakteri tetap bertahan dan terus berkembang, memperparah infeksi di saluran pernapasan. Alhasil batuk Anda pun tak kunjung sembuh.
Bacalah aturan pemakaian obat dengan teliti sebelum mengonsumsinya, terutama untuk obat bebas tanpa resep. Apabila obat diperoleh dari resep dokter, pastikan Anda meminum sesuai dengan yang aturan yang dianjurkan. Bukannya lebih cepat sembuh, menambah dosis penggunaan obat dapat menimbulkan efek samping berbahaya.
Hindari menggunakan dua jenis obat batuk secara bersamaan selain yang dianjurkan oleh dokter. Obat mengandung zat aktif yang perlu disaring di dalam hati. Semakin banyak obat yang diminum, akan semakin keras pula hati bekerja. Risiko kerusakan hati dan overdosis pun meningkat.
Menurut American Academy of Family Physicians, tidak banyak bukti penelitian yang menunjukkan keampuhan dari obat OTC atau nonresep untuk menyembuhkan batuk pada anak.
Hasil dari penelitan yang ada bukan menunjukkan obat tidak bekerja sama sekali. Hanya saja, peneliti tidak menemukan bukti bahwa obat cukup ampuh meredakan keparahan batuk.
Obat bebas memang tidak ditujukan untuk menghentikan sumber penyakit penyebab batuk, tapi hanya membantu mengurangi terjadinya refleks batuk.
Seperti yang dijelaskan oleh American Academy of Pedriatrics, kurangnya bukti kuat mengenai keampuhan obat batuk OTC pun membuat badan pengawas obat dan makanan Amerika (FDA) melarang penggunaannya untuk anak-anak di bawah umur 4 tahun. Pasalnya, tidak seperti saat dikonsumsi orang dewasa, risiko munculnya efek samping obat OTC lebih tinggi saat dikonsumsi anak dalam kelompok umur tersebut.
Anda mungkin dapat mencoba penggunaan obat batuk alami yang lebih aman dan juga pengobatan rumahan yang cepat meredakan batuk. Selain itu, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter jika kondisi terus memburuk.