Tuli adalah gangguan pendengaran yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk mendengar yang baik sebagian maupun total. Pasien yang memiliki gangguan pendengaran (tunarungu) biasanya sering mengalami masalah ketika berkomunikasi di tempat yang bising. Meski alat bantu dengar, implan koklea, pembacaan gerak bibir, serta penggunaan bahasa isyarat dapat sangat membantu mereka untuk berkomunikasi, tetaplah timbul pertanyaan — “apakah tuli bisa sembuh total?”
Bisa atau tidak mendengarnya seorang tunarungu bergantung kepada tingkatan yang dideritanya.
Ada beberapa tingkatan tuli yang perlu Anda tahu. Berikut penjelasannya.
Jadi, ada tunarungu yang bisa mendengar suara atau bunyi pada volume tertentu. Ada juga tunarungu yang tidak bisa mendengar sama sekali suara maupun bunyi.
Menurut Penn State News, Judith Creuz, Au.D., infeksi dan obat-obatan tertentu, termasuk beberapa yang digunakan untuk kemoterapi kanker bisa menyebabkan seseorang kehilangan pendengarannya. Ketulian juga bisa bersifat genetik, atau bisa berakibat dari kerusakan sel di rahim. Namun, paparan kebisingan, seperti musik keras atau suara alat berat adalah penyebab banyak orang kehilangan pendengaran.
Jadi, tuli bisa terjadi karena adanya penyakit ataupun paparan kebisingan yang terlalu keras. Penyebab tersebut merusak atau menganggu saraf koklea (saraf pendengaran atau akustik) sehingga mencegah sinyal suara yang diambil oleh koklea mencapai otak.
Dilansir dari Medical News Today, tim periset dari Universitas Sheffield di Inggris menggunakan sel induk embrionik manusia untuk memperbaiki jenis gangguan pendengaran serupa pada gerbil ─ sejenis binatang pengerat. Banyak orang di seluruh dunia yang memiliki ketulian sedang sampai ketulian total karena adanya hubungan yang salah antara telinga bagian dalam dan otak.
Dengan mengamati gerbil dan sel induk embrionik manusia, para peneliti menjelaskan bagaimana mereka memperbaiki bagian penting dari hubungan itu, saraf pendengaran. Hasilnya, gerbil tersebut mengalami peningkatan pendengaran sebesar 46%.
Dr. Ralph Holme, Kepala Riset Royal National Institute for Deaf People, menanggapi terobosan tersebut, “Temuan ini meningkatkan harapan nyata bahwa suatu hari nanti akan sangat mungkin untuk memperbaiki penyebab dari beberapa jenis gangguan pendengaran.”
Sayangnya, sampai saat ini tuli tidak bisa disembuhkan dan terobosan tersebut belum bisa diterapkan pada manusia. Namun, ilmuwan masih terus melakukan penelitian.
Meski belum bisa sembuh, tunarungu masih bisa dibantu dengan beberapa alat bantu, misalnya pengeras suara atau alat bantu dengar (implan koklea). Selain itu, banyak cara untuk membantu tunarungu berkomunikasi, misalnya dengan bahasa isyarat dan belajar membaca gerak bibir.