Kebiasaan suka mengisap jempol memang menjadi kebiasaan yang cukup meresahkan orang tua. Kalau dibiarkan terus, bisa berdampak negatif bagi anak.
Kebiasaan mengisap jari adalah perilaku dasar yang ada pada bayi yang baru lahir. Terdapat dua tipe dari kebiasaan ini. Pertama, sebagai proses pemberian nutrisi bayi yaitu menyusui. Kedua, mengisap empeng atau jempol sebagai cara untuk membuat bayi merasa nyaman dan aman.
Sebenarnya, kebiasaan ini wajar dan umum di kalangan anak-anak. Asal, jangan berlanjut sampai usia lebih dari 4-5 tahun. Bila kebiasaan ini berlanjut, ada bahaya mengisap jempol yang dapat dialami anak, antara lain berikut ini.
Menurut penelitian dalam Journal of Dentistry, Medicine and Medical Sciences, salah mengucap huruf seperti T dan huruf D dapat terjadi. Anak juga cenderung menjulurkan lidah ketika bicara.
Posisi jempol yang menahan posisi lidah ke bawah dan depan, membuat posisi lidah jadi tidak seperti seharusnya. Hal ini membuat beberapa suara atau huruf yang dibaca terdengar salah.
Biasanya, terjadi di lingkungan sekolah. Anak yang mengisap jempol cenderung acuh terhadap apa yang terjadi di sekitarnya.
Kehilangan kemampuan untuk berkonsentrasi juga dapat dialami. Ditambah lagi dengan adanya kemungkinan menjadi korban bullying di antara teman-temannya.
Misalnya, lengkung gigi atas dan bawah menjadi menyempit. Langit-langit pun semakin dalam, gigitan terbalik dan terbuka, posisi rahang bawah masuk ke dalam, dan ada celah di tengah-tengah gigi atas.
Kebiasaan ini bisa, kok, dihilangkan! Berikut tips yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi kebiasaan anak yang gemar mengisap jempol ini.
Kebiasaan mengisap jempol lebih banyak dilakukan ketika anak sedang sendiri, misalnya saat bayi tidur di kamar terpisah dari orangtuanya. Oleh karena itu, penanganan yang tidak terlalu memerlukan pengawasan ketat biasanya akan lebih berhasil mengatasi kebiasaan ini dibanding dengan pengawasan ketat terus-menerus.