Layanan THT
Laringoskopi

Laringoskopi adalah prosedur diagnostik yang dilakukan untuk memeriksa bagian belakang tenggorokan, pita suara, glotis, dan laring untuk menentukan penyebab berbagai gejala termasuk serak, suara lemah, atau hilangnya suara. Hal ini juga dianjurkan jika pasien merasakan adanya benjolan di tenggorokan, menderita batuk lendir berdarah, atau menderita cedera akibat penyakit atau kecelakaan. Hal ini juga dapat digunakan untuk menentukan gravitasi striktur tenggorokan atau mencari tahu apa yang menghalangi saluran napas.


Selain sebagai alat diagnostik, laringoskopi juga dapat dilakukan untuk memfasilitasi intubasi trakea saat memulihkan kembali kesadaran seseorang yang tampaknya mati sebagai akibat berhentinya fungsi jantung dan paru (resusitasi kardiopulmonal). Prosedur ini membutuhkan bius total dan merupakan prosedur pengobatan yang melibatkan laring dan bagian lain dari cabang trakeobronkial atas.


Siapa yang Perlu Menjalani Laringoskopi dan Hasil yang Diharapkan


Laringoskop direkomendasikan bagi pasien dengan:


Memiliki masalah suara, termasuk (namun tidak terbatas pada) suara terdengar seperti mendesah dan serak, suara pelan, atau benar-benar hilang
1. Nyeri yang tidak bisa dijelaskan pada tenggorokan dan telinga
2. Kesulitan menelan
3. Benjolan pada tenggorokan 4. Batuk lendir berdarah
5. Cedera pada tenggorokan
6. Tenggorokan menyempit
7. Sumbatan pada saluran pernapasan
8. Tanda dan gejala kanker pada kotak suara (laring)

Cara Kerja Laringoskopi


Laringoskopi dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung oleh dokter THT di kantornya di rumah sakit atau klinik spesialis.


Laringoskopi langsung juga disebut laringoskopi suspensi mikro, adalah prosedur yang paling umum dilakukan pada laring di bawah bius total dan bisa diaplikasikan pada beragam kondisi serta tujuan. Di antaranya, menghilangkansumbatan dan objek asing yang tersangkut di tenggorokan, biopsi, pengangkatan polip pada pita suara, atau untuk memfasilitasi pengobatan masalah kesehatan pada laring.


Prosedur ini menggunakan laringoskop konvensional, yang dilengkapi dengan sumber cahaya (untuk membantu dokter melihat laring) dan seperangkat pisau yang bisa diganti sesuai dengan jenis pasien (dewasa berbadan besar, dewasa berbadan kecil, anak-anak, balita, dan bayi). Pisau-pisau ini juga memiliki kaca yang memperluas bidang penglihatan dan portal oksigen untuk meningkatkan pernapasan pasien.


Laringoskopi langsung adalah prosedur yang tidak nyaman, sehingga jarang dilakukan saat pasien tersadar. Oleh karena itu, pasien diberikan bius total.


Sebelum prosedur dijalankan, gigi dan gusi pasien dilindungi. Laringoskop adalah alat berongga dan kaku, yang dimasukkan melalui mulut ke tenggorokan. Dalam beberapa kasus, laringoskop ditahan oleh instrumen lainnya. Sehingga dokter dapat melakukan prosedur dengan kedua tangannya. Tergantung tujuan dari prosedur ini, laser dan mikroskop juga digunakan.


Dibandingkan dengan laringoskopi langsung, yang tidak langsung lebih minim sayatan. Hanya memerlukan semprotan obat bius ke tenggorokan untuk mencegah reflek muntah selama prosedur berlangsung. Selain itu, prosedur ini perlu menarik lidah pasien yang ditutupi dengan kain kasa, lalu kaca kecil akan ditekan ke langit-langit mulu dan uvula. Pasien diminta membuat suara keras, sehingga dokter dapat memeriksa aktivitas pita suara.


Laringoskopi tidak langsung hanya memakan waktu beberapa menit, sedangkan laringoskopi langsung memakan waktu 5 – 45 menit tergantung kompleksitas prosedur.


Kemungkinan Komplikasi dan Resiko Laringoskopi


1. Peradangan pada tenggorokan
2. Obstruksi saluran pernapasan saat prosedur berlangsung
3. Pendarahan
4. Infeksi
5. Perforasi pada saluran pernapasan dan struktur di sekitarnya

Rujukan:

1. Pagana KD, Pagana TJ (2010). Mosby’s Manual of Diagnostic and Laboratory Tests, 4th ed. St. Louis: Mosby Elsevier.

2. Weinberger PM, Terris DJ (2010). Otolaryngology-Head and Neck surgery. In GM Doherty, ed., Current Diagnosis and Treatment: Surgery, 13th ed., pp. 224-258. New York: McGraw-Hill.